27 Juli 2016

Kurang Simplify Bakal Membunuh Karya Blogger

Simplify itu simple, dan simple itu sederhana, ga neko-neko dan biasa aja. Biasa dalam arti tetap dalam kesederhanaan makna yang luar biasa.

Ini pengalaman pribadi saat blogging atau ketika blog walking.

Saat melihat-lihat blog kita sendiri atau mungkin saat browsing dan berkunjung ke blog lain yang ketika itu kita melihat betapa menariknya daya tarik dan penampakannya. Di saat itulah kebanyakan blogger pemula langsung berbinar-binar dan terkagum-kagum dengan berfikir, "bagusnya blog ini, pasti susah bikin hal semacam ini", "wah..ada giniannya juga kalo diklik", "koq bisa ya melayang-layang waktu dekat kursor?", dan lain sebagainya. Disini kita butuh minuman mineral yang diminum Dian Sastro karena sudah terkena sindrom gagal fokus. Hehehe..

Dimana sebenarnya tujuan kita browsing adalah cari ilmu atau mencari tambahan informasi juga referensi untuk blog kita, menjadi gagal hanya karena hal sepele terkait penampilan dan beberapa atraksi dalam situs.

Logikanya:
Ketika kita browsing pada mesin pencari, kenapa situs blog/web itu bisa muncul adalah karena memang kontennya kita butuhkan. Karena kita membutuhkan konten tersebut, kita otomatis mengunjunginya. Saat sudah berada di dalamnya dan mendapatkan apa yang kita mau, kita sadar bahwa disitu kita menjadi nyaman dan terus ngulik isi situs tersebut. Disinilah letak menariknya sebuah situs blog/web.

Analogi Tampilan Situs:
Bayangkan jika Facebook atau Twitter saat anda buka saat ini komposisi warnanya berubah menjadi pelangi dan tata letaknya menjadi Friendster atau blog dengan keunikan lainnya. Jadi aneh kan? Padahal kita sudah nyaman dan hafal dengan seluk beluk Facebook. Tapi hal itu tidak dilakukan oleh situs-situs besar, karena hanya pemula yang memanfaatkan teknik coding tidak pada tempatnya (kurang simplify).

Analogi Tampilan Blog:
Bayangkan jika ada situs yang sudah memiliki ratusan bahkan ribuan konten, namun pemiliknya tidak terlalu memperhatikan penampilannya. Kemudian coba bayangkan lagi jika ada situs yang hanya memiliki belasan konten. Dua kasus ini bisa menjadi menarik jika ternyata yang memiliki ratusan konten derajatnya kalah dengan yang belasan konten hanya karena beda pemahaman mengenai teknik dasar sebuah situs.

Fakta:
Google atau mesin pencari lain pada dasarnya tidak melakukan index pada layout atau tampilan situs kita, melainkan isi konten yang ada di dalamnya. Semakin banyak kata kunci (keyword) yang terbangun pada situs tersebut, semakin besar pula kemungkinan-kemungkinan situs itu muncul pada mesin pencari. Hal ini juga memerlukan waktu. Seorang marketing saja tidak akan mampu menjual produknya jika orang lain tidak memahami manfaat produk yang ditawarkan. Apalagi Google? Hahahaaa..

Seorang surfer tidak akan memiliki kecenderungan melakukan pencarian sesuai dengan judul yang kita miliki karena kita tidak pernah tau apa yang mereka butuhkan untuk hal ini. Berbeda jika kita perbanyak konten dan tidak terlalu berfikir impact-nya secara macam-macam. Terus berkarya dan berkreativitas adalah cara terbaik daripada selalu melihat orang lain yang "tampaknya terlihat bagus" dan menjadi diri sendiri adalah warna baru yang dibutuhkan surfer lain. Karena seharusnya isi mempengaruhi penampakan, bukan penampakan yang mempengaruhi isi.

Don't look the book just from its cover.
Jadi untuk blogger pemula seperti saya, seharusnya lebih memperhatikan konten daripada selalu mempermasalahkan penampilan. Memang lebih baik jika cover bagus dan isinya juga bagus. Sayangnya ini hanya berlaku untuk buku. Karena sebuah situs tidak cukup hanya bagus pada cover dan isi. Ada yang memiliki isitilah Meta Keyword, Meta Description dan juga Blog Walking yang membantu mesin pencari dalam melakukan indexing pada situs kita.
Jika ada kesempatan lain, mungkin kita bisa bersama-sama mempelajari hal tersebut.

Posting Komentar

Ketik dan tekan ENTER untuk pencarian