27 Juli 2016

Teks dulu, Kemudian Gambar.

Mikir ngarangnya aja udah susah, apalagi buat gambar untuk mempercantik konten kita?? Memang ada istilah, "Satu gambar mampu mewakili seribu kata", tapi hal itu juga tidak menjamin karya kita bisa dinikmati orang lain saat teks dan gambar tidak padu. Yang ada malah terkesan aneh dan memaksa jika membuat gambarnya terburu-buru atau 'yang penting ada'.

Pengalamanku saat bikin web atau blog sebelumnya juga terkesan terburu-buru dan yang penting ada. Ini yang menjadi cerita hari ini.

Lebih baik tidak ada gambarnya jika memang artikel itu tidak membutuhkan gambar.

Lebih baik tidak nampak manis jika kekuatan situs kita terletak pada teksnya saja.

Lebih baik tidak memaksa diri untuk menjadi sama dengan orang lain jika diri kita sendiri lebih unik daripada orang lain.

Ya intinya memang karakter itu akan terbentuk dari karya kita dan atas penilaian orang lain, bukan atas kemauan kita. Orang lain yang menilai, kita yang dinilai. Sedangkan penilaian orang lain juga belum tentu baik dan belum tentu buruk, maka tidak perlu dikhawatirkan.

Analogi:
Belum jadi penulis, sudah mau mengecap diri sebagai penulis.
Belum jadi blogger, sudah mau mempredikatkan diri sebagai blogger.
Belum pernah menghasilkan karya apapun sudah merasa menjadi kreator.
Hal semacam ini memang sering ditemui dalam setiap lapisan masyarakat. Mengecap diri itu bagus sebagai motivasi dan komitmen terhadap predikat yang kita letakkan pada diri. Hanya saja kadang menjadi makna negatif saat disampaikan pada orang lain.

Maka dari itu lebih baik aku menampilkan tulisan saja dulu jika belum mampu memberikan gambar sebagai gambaran konklusi dari isi konten.
Lebih baik berkarya apa adanya dulu daripada menjadi orang lain tanpa tau siapa diri kita sebenarnya. Karena manusia itu pada dasarnya di kehidupan ini adalah selalu berproses.

Posting Komentar

Ketik dan tekan ENTER untuk pencarian